Selasa, 24 Januari 2012

0 Gubernur Pasca Timah

Bangkapos.com - Kamis, 19 Januari 2012 10:33 WIB

Oleh: M. Iqbal Zamzami
Pemilik Bangka Hijau Nursery Sungailiat

BULAN Februari 2012 ini nasib kemajuan atau kemunduran Bangka Belitung akan ditentukan dalam Pilgub periode 2012-2017. Empat pasangan calon akan memperebutkan kursi teratas di pulau timah ini. Pemilihan gubernur kali ini akan terasa sangat panas karena dihiasi oleh muka-muka lama para politikus di negeri serumpun sebalai ini. Namun, di balik pertarungan ini ada pertarungan yang lebih besar yang mengusung kepentingan akan permasalahan timah yang memang selalu menjadi sorotan baik di daerah maupun di pusat.

Baliho-baliho pun sudah terpasang di mana-mana yang mengusung visi maupun misi dari masing-masing calon, tetapi tidak ada yang benar-benar mengusung visi misi yang mengarahkan Bangka Belitung lepas dari ketergantungan akan timah.

Negeri laskar pelangi ini masih sangat tergantung dengan timah, terbukti nilai ekspor tertinggi masih didominasi oleh timah. Ada yang dilupakan oleh kita bahwa tidak selamanya timah dapat menjadi andalan di pulau yang telah selama 200 tahun lebih di tambang bijih timahnya ini. Kita belum menyiapkan bekal apapun untuk menunjang keberlangsungan hidup Bangka Belitung apabila kandungan timah telah habis. Hal ini sudah mulai tampak dimana kandungan timah di darat sudah mulai habis dan beralih ke laut. Apa yang akan menggantikan timah sebagai penopang? apakah sektor pariwisata, sektor pertanian atau sektor lainnya dapat menggantikan timah ?. Seharusnya sekarang lah masyarakat provinsi Bangka Belitung mulai berfikir untuk menentukan siapakah gubernur yang akan menyiapkan Babel pasca timah.

Pasca Timah
Prof Dr Emil Salim, anggota Dewan Penasehat Ekonomi Presiden, pada 2010 melalui laporannya kepada Presiden menyatakan, bahwa secara ekonomi Babel pasca timah dinyatakan tidak siap.

Mengapa ?.
Babel tidak punya sektor yang menunjang selain timah. Babel kehilangan icon sebagai penghasil lada putih terbaik dunia yang dikenal dengan nama dagang muntok white pepper karena menghasilkan lada kualitas tinggi. Lada yang sebelum Babel menjadi provinsi sendiri adalah penghasil lada terbesar dunia yang memenuhi 35 persen kebutuhan lada dunia. Namun, setelah adanya otonomi daerah Babel mulai menjadi provinsi sendiri dan juga pemerintah daerah membebaskan pertambangan maka masyarakat beralih dari petani menjadi penambang. Lahan-lahan yang awalnya adalah lahan perkebunan lada disulap menjadi lahan pertambangan.

Budaya masyarakat yang ingin mendapatkan kekayaan secara instan menjadikan masyarakat lebih memilih untuk menjadi penambang dibandingkan menjadi petani selain mudah mudah dicari harganya pun sangat tinggi. Akibatnya pun banyak lahan yang menjadi rusak, daerah-daerah sentra penghasil lada pun berubah menjadi lubang-lubang bekas tambang yang tidak bisa ditanami.

Pariwisata pun bernasib sama dengan lada, Babel yang dulunya memiliki pantai pasir putih yang indah seperti digambarkan di film laskar pelangi pun tak urung mengalami kerusakan akibat dilakukan penambangan. Adanya kapal isap ataupun penambangan di bibir pantai menjadikan laut Babel yang awalnya bersih menjadi kotor dan keruh. Akibatnya program pariwisata yang dicanangkan oleh pemerintah pun tidak sejalan dengan kerusakan alam yang terjadi. Disisi lain pemerintah ingin memajukan pariwisata namun sisi lainnya memberikan izin pertambangan.

Masyarakat pun tidak memiliki mata pencaharian yang jelas. Para nelayan mengalami kesusahan mencari ikan karena adanya pengrusakan laut oleh kapal isap. Bertani pun saat ini sulit lahan-lahan sudah banyak yang rusak tidak bisa ditanami kembali, daya dukung lingkungan pun semakin rendah menjadikan tanaman tidak dapat tumbuh baik.

Program Pasca Timah
Kondisi inilah sebenarnya yang harus menjadi perhatian para calon pasangan gubernur di pilgub 2012 ini. Apakah mereka benar-benar berani atau tidak menjadikan diri mereka adalah benar-benar gubernur pasca timah atau bukan. Para Calon Pasangan Gubernur harus segera menyiapkan program pasca timah sebelum cadangan timah yang menurut para ahli akan habis pada 2030. Bukan hal yang salah jika para calon gubernur sudah mulai menyiapkannya dari saat ini karena dampak dari pasca timah sangatlah besar bagi Babel. Ekonomi Babel akan jatuh bebas jika perencanaan sumber ekonomi alternatif nontimah belum disiapkan dan disusun secara matang dari sekarang sehingga sebelum timah habis sudah dapat menopang ekonomi Babel.

Bangka Belitung sebenarnya menyimpan potensi yang sangat besar bagi pertanaian, perikanan maupun pariwisata. Lihat saja kita memiliki produk yang sudah sangat terkenal di dunia internasional yaitu lada yang lebih dikenal dengan muntok white pepper dan yang sedang banyak dibahas saat ini gaharu. Dua komoditi ini jika ditanam di bangka belitung akan menghasilkan produk yang sangat bagus kualitasnya dan memiliki nilai jual yang sangat tinggi.

Selain itu juga tidak kalah produk lainnyanya seperti karet, kelapa sawit, kelapa, coklat dan lainnya juga menjadi nilai tambah bagi perekonomian alternatif. Komoditas-komoditas tersebut akan memberikan pengaruh positif bagi peningkatan ekonomi masyarakat.

Babel harus banyak belajar dari Thailand yang sudah sejak lama meninggalkan timah dan beralih ke sektor pertanian untuk mendukung ekonominya. Thailand yang semula adalah penghasil timah bertranformasi menjadi negara agraris yang menghasilkan produk-produk pertanian yang sangat menjual.

Potensi pariwisatanya pun sangat besar, dengan wilayah kepulauan Babel memiliki banyak pantai yang indah, wisata budaya maupun wisata sejarah yang dapat dikembangkan untuk menarik wisatawan untuk datang menjadi salah satu sumber pendapatan daerah.

Potensi perikanan pun sangat baik untuk dikembangkan, karena merupakan wilayah kepulauan yang dikelilingi oleh laut yang luas yang menjadikan daerah penghasil ikan maupun hasil laut lainnya.

Semoga pemimpin Babel 5 tahun kedepan memiliki orientasi jangka panjang tidak hanya berpikir untuk keuntungan jangka pendek saja demi keberlangsungan kehidupan masyarakat Babel dimasa mendatang.***

0 komentar:

Posting Komentar

 

Bangka Hijau Nursery Copyright © 2011 - |-